Oleh:
Arifatul
Hasanah
ABSTRAK
Penguasaan bahasa asing dalam era Revolusi Industri 4.0 seperti
sekarang ini memang sangat dibutuhkan, terlebih bagi generasi muda Indonesia.
Santri Mahasiswa juga menjadi generasi muda yang bisa ikut andil dalam
memajukan Negara Indonesia karena mereka biasanya sudah boleh menggunakan alat
elektronik di lingkungan pondok pesantren. Santri merupakan generasi penerus
bangsa yang selain belajar ilmu agama. Santri pada era sekarang bukan lagi yang
hanya berfokus untuk belajar akan tetapi santri bisa berperan untuk menjadi
santripreneur di Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang
ikut dalam anggota G-20 (atau Kelompok 20). Tidak hanya itu, Negara Indonesia
juga memiliki hubungan kerjasama dalam bidang ekonomi dengan negara lain. Hal
ini tentu, menjadi peluang emas untuk santri bisa ikut andil dalam bidang ini.
Untuk mendukung kegiatan tersebut, maka santri mahasiswa diharapakan dapat
menguasai Bahasa Arab dan Inggris. Metode penelitian yang digunakan dalam
artikel ini yaitu deskriptif kualitatif dengan sumber penelitiannya berasal
dari studi literatur. Tujuan dari artikel ini yaitu untuk mengetahui eksistensi
peran, faktor yang menghambat, dan solusi untuk untuk meningkatakan ketrampilan
Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung
kegiatan santripreneur di Indonesia.
Kata Kunci: Dwi
Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris), Indonesia, santri mahasiswa, dan santripreneur.
PENDAHULUAN
Dapat diketahui bahwasannya Indonesia
adalah negara yang sebagian besar penduduknya memeluk Agama Islam. Tidak jarang banyak orang tua yang bergama Islam di
Indoensia, menyekolahkan anaknya di
lembaga pondok pesantren, sehingga lahirlah banyak santri yang ada di seluruh
Indonesia, terlebih di Pulau Jawa. Biasnya, orang tua akan memasukkan anaknya
di pondok pesantren bisa mulai dari TK, SD, SMP, bahkan SMA. Tidak jarang pula,
bahwasannya pada saat ini banyak dari kalangan mahasiswa yang juga ikut
“nyantri” di pondok pesantren.
Mahasiswa pada dasarnya bukan saja orang yang menimba ilmu di
perguruan tinggi saja, akan tetapi banyak dari mahasiswa yang juga ingin
meneruskan nyantrinya dulu atau bahkan mahasiswa yang ingin memulai nyantri
saat di bangku perguruan tinggi tersebut. Santri pada dasarnya merupakan orang
yang menimba ilmu di lingkungan pondok pesantren dan diasuh oleh Kyai atau
Nyai. Pada zaman dahulu banyak santri yang mondok di pondok pesantren
semata-mata hany untuk menimba ilmu agama, sementara pada zaman sekarang bisa
dikatakan bahwasannya santri bukan hanya belajar tentang ilmu agama saja, akan
tetapi juga belajar mengenai ilmu umum.
Untuk saat ini, memang kebanyakan pondok pesantren melarang
santrinya untuk membawa alat elektronik di pondok pesantren. Hal ini bisa
dimaksudkan agar santri dapat fokus dalam menimba ilmunya. Tetapi, bagi santri
mahasiswa hal ini akan berbeda. Hal ini bisa disebabkan karena pada zaman yang
canggih seperti saat ini, ketika Revolusi 4.0 sudah menyebar di sebagian besar
seluruh nusantara dan diharuskannya mahasiswa dalam kegiatan belajar memang
menggunakan teknologi ini, seperti hp, laptop, dan lain sebagainya dengan
menggunakan akses internet untuk menambah wawasan ilmu serta untuk mengerjakan
tugas. Dengan alasan seperti itu, maka santri mahasiswa diperbolehkan untuk
membawa alat elektronik tersebut.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwasannya dalam Era
Revolusi Insudtri 4.0 seperti sekarang ini, tentunya akan berpengaruh pula bagi santri mahasiswa. Selain santri
mahasiswa tersebut dituntut untuk bisa mengusai teknologi yang serba canggih seperti
sekarang ini, santri tersebut juga diharapkan dapat menguasai Dwi Bahasa, yaitu
Bahasa Arab dan Inggris. Hal ini dikarenakan Dwi Bahasa tersebut erat kaitannya
dengan santri mahasiswa yang selain mempelajari ilmu agama di berbagai kitab
dengan menggunakan Bahasa Arab serta diharapkan dapat menguasai Bahasa Inggris
untuk berbagai kepentingan di era seperti sekarang ini. Revolusi Industri 4.0
juga membawa kemajuan bagi santri mahasiswa yang ada di Indonesia. Berdasarkan
kutipan dari (https://www.topbusiness.id/: 2020), bahwasannya kementerian Perindustrian (kemenperin) aktif
menjalankan program Santripreneur di berbagai wilayah Indonesia. Sebab, santri
di lingkungan pondok pesantren (Ponpes) berpotensi besar menjadi wirausaha
industri baru, khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM), yang
diharapkan berperan menggerakkan roda perekonomian nasional. Selain itu, adanya
pasar global yang sudah terjadi akbat arus globalisasi ini, pun bisa
berpengaruh besar santri mahasiswa.. Dengan adanya gerakan santripreneur ini,
maka penguasann Dwi Bahasa yaitu Bahasa Arab dan Inggris di kalangan santripreneur
perlu diterapkan.
Oleh karena itu, artikel ini akan membahas mengenai eksistensi
peran Dwi Bahasa yaitu Bahasa Arab dan Inggris bagi santri mahasiswa dalam
mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia. Sedangkan rumusan masalah yang ada dalam
artikel ini yaitu (1) bagaimana eksistensi peran Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan
Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di
Indonesia? (2) apa faktor yang menghambat penguasaan Dwi Bahasa (Bahasa Arab
dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di
Indonesia? (3) bagaimana solusi untuk untuk meningkatakan ketrampilan Dwi
Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan
santripreneur di Indonesia?
Selanjutnya, tujuan yang diperoleh dari artikel ini yaitu untuk
mengetahui eksistensi peran Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri
mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia dan untuk
mengetahui faktor yang menghambat penguasaan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan
Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di
Indonesia. Serta untuk mengetahui solusi untuk untuk meningkatakan ketrampilan Dwi
Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan
santripreneur di Indonesia.
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Peran
Pengertian
peran menurut Soerjono Soekanto (2002: 243) dalam Novianti (2017: 2-3), yaitu
peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan. Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu
rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.
Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan.
Peran yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan atau
diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah akan mempunyai peran
yang sama. Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang
yang menempati suatu posisi di dalam status sosial.
B.
Bahasa Arab dan Inggris
Menurut
Wahyono, bahasa merupakan media utama dalam berkomunikasi sehingga kebutuhan
terhadap pemahaman berbahasa sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam
segala aspek kehidupan. Dengan bahasa, seseorang mampu menyampaikan maksud dan
tujuan sehingga informasi dan pesan yang disampaikan kepada orang lain atau
masyarakat tersampaikan dengan baik. Informasi dan pesan yang akan disampaikan
juga harus dibahasakan secara penuh agar maknanya dapat dipahami oleh penerima
dengan mudah karena kesulitan dalam memahami suatu informasi dan pesan dapat
mengakibatkan perbedaan interpretasi dan pemahaman (Wahyono: 2016 dalam
Juriana, 2017: 245).
Bahasa Arab
adalah bahasa Al Qur’an dan Al- Hadist, keduanya adalah dasar Agama Islam serta
bahasa kebudayaan Islam seperti filsafat, ilmu kalam, ilmu hadis, tafsir dan
lain sebagainya (Mudjidi: 1994 dalam http://eprints.walisongo.ac.id/: 2011). Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling banyak menyandang
atribut. Selain merupakan bahasa kitab suci al-Qur’an dan Hadis, bahasa Arab
adalah bahasa agama dan umat Islam, bahasa resmi Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB), bahasa nasional lebih dari 25 negara di kawasan Timur Tengah, lughah
al-dhâd, dan bahasa warisan sosial budaya (lughah al-turâts) (Wahab, 2014: 1).
Sedangkan
Bahasa Inggris adalah bahasa yang
digunakan sebagai media komunikasi dan sebagai bahasa Internasional pertama
yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia (https://www.sekolahbahasainggris.co.id/: 2020). Abraham Oomen mengatakan: “The importance of English as a
global language is unquestionable and to become a competent user of this
language is demand of the time.”16 Artinya pentingnya bahasa Inggris sebagai
suatu bahasa global sudah tidak diragukan lagi dan menjadi seorang pengguna
bahasa yang mampu berbahasa Inggris adalah tuntutan setiap saat (Abraham: 2012
dalam Juriana, 2017: 246).
C.
Santri Mahasiswa
Santri adalah
murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat
(yang tidak goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan).
Santri juga adalah kelompok yang mencintai negaranya, sekaligus menghormati
guru dan orang tuanya kendati keduanya telah tiada. ang mencintai tanah airnya
(tempat dia dilahirkan, menghirup udaranya, dan bersujud di atasnya) dan
menghargai tradisi-budaya-nya. Yang menghormati guru dan orang tua hingga
tiada. Yang menyayangi sesama hamba Allah; yang mencintai ilmu dan tidak pernah
berhenti belajar (minal mahdi ilãl lahdi); Yang menganggap agama sebagai
anugerah dan sebagai wasilah mendapat ridha tuhannya. Santri ialah hamba yang
bersyukur. Hal itulah definisi santri menurut Gus Mus yang dikutip dalam nu
online (2018).
Sedangkan
pengertian mahasiswa menurut Siswoyo (2007) dalam Lastary dan Rahayu (2018:
17), mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu
di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain
setingkat perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas
tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan perencanaan dalam bertindak. Berpikir
kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung
melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling
melengkapi.
D.
Santripreneur
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membuat program Santripreneur.
Hingga saat ini, santripreneur telah membina 8.128 santri di 7 provinsi, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Lampung, Kalimantan Timur, dan
Banten. Santripreneur merupakan program untuk mencetak wirausaha dari
lingkungan pondok pesantren (ponpes) agar dapat turut mendorong roda
perekonomian nasional. Melalui program ini, para santri dibekali pengetahuan,
motivasi kewirausahaan, serta pelatihan produksi industri (Halim: 2020).
Berdasarkan data Kementerian Agama, pada tahun 2014, pondok
pesantren yang ada di Indonesia sebanyak 27.290 lembaga dengan jumlah santri
mencapai 3,65 juta orang. Ini menjadi potensi bagi penumbuhan wirausaha baru
dan sektor IKM di Tanah Air. Model Santri Berindustri fokus pada pengembangan
unit industri yang telah ada dan sumber daya manusia di lingkungan pondok
pesantren yang terdiri dari santri dan alumni santri (Gareta: 2018).
METODE PENELITIAN
Dalam artikel ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan studi literatur. Penelitian ini menggunakan
pendekatan menurut Moleong (2011: 6) dalam Hidayat (2012), penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penalitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Dalam artikel ini akan membahas mengenai eksistensi peran Dwi
Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan
santripreneur di Indonesia.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder ialah data dan/atau informasi
yang tidak dapat secara langsung dari sumber pertama (responden) baik melalui
wawancara ataupun dengan menggunakan kuisioner secara tertulis (Sarwono, 2006:
226). Sumber data yang digunakan berupa pustaka-pustaka yang ada seperti
jurnal-jurnal maupun web yang memiliki korelasi terhadap pembahasan
masalah. Semua itu diterapkan dengan interpretasi dalam metode analisis data.
Bahan-bahan tersebut dapat dijadikan sebagai pendukung dalam menyusun ketajaman
analisis.
Pengumpulan
data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah library research (studi pustaka). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kepustakaan (library research), sebagaimana diungkapkan oleh
Zed (2004) dalam Herdiana (2019: 69), yang menyatakan bahwa studi kepustkaaan
merupakan penelitian yang memanfaatkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data
penelitian, sehingga dalam penelitian ini referensi kepustakaan menjadi sumber
utama. Pustaka yang digunakan dalam pengumpulan data berupa media elektronik
yang valid, memiliki hubungan satu sama lainnya, relevan dengan kajian tulisan,
mendukung uraian atau analisis pembahasan, dan juga dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode
analisis deskriptif, dimana diartikan sebagai usaha untuk mengumpulkan dan
menyusun suatu data, kemudian dilakukan suatu analisis terhadap data tersebut,
adapun data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan dalam
bentuk angka-angka (Surakhmad, 1990) dalam Herdiana (2019: 69). Dalam hal ini
data-data mengenai pengembangan desa wisata dikumpulkan dari berbagai sumber
untuk kemudian oleh peneliti dilakukan analisis dan interpretasi dari data
tersebut.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Ekonomi Indonesia di Kancah Dunia dalam Mendukung Kegiatan
Santripreneur

Gambar
1. Populasi global Pasar-pasar
Terbesar di Dunia (Sumber: KJRI Frankfurt: 2016)
Indonesia
adalah satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G-20 (atau Kelompok 20).
Negara-negara dalam kelompok ini terdiri dari 19 negara dan ditambah dengan Uni
Eropa; menguasai 75% perdagangan dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
stabil setiap tahunnya telah menempatkan negara ini menjadi salah satu kekuatan
ekonomi dunia. Keberhasilan Indonesia menjadi economy global power tersebut
tak lepas dari modal pembangunan yang dimiliki Indonesia. Indonesia merupakan
negara yang memiliki modal pembangunan sangat lengkap, mulai dari sumber daya
alam (SDA) yang melimpah, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, iklim
demokrasi yang stabil, dan letak geografis yang strategis. Berdasarkan survei
600 CEO dari PWC (2014) mengungkap bahwa Indonesia menjadi tujuan investasi
ke-3 setelah Cina dan Amerika Serikat di antara negara-negara anggota APEC.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan Indonesia akan menjadi
negara dengan kekuatan ekonomi ketujuh terbesar dunia pada 2030 (KJRI
Frankfurt: 2016). Dengan Indoensia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang
menjadi anggota G-20 (atau Kelompok 20), hal ini tentu menjadi keuntungan bagi
Negara Indonesia untuk bisa turut andil dalam pasar global. Hal ini tentu bisa
mengikutsertakan santripreneur dalam bidang ini. Hal ini tentu akan sangat
menguntungkan bagi santripreneur itu sendiri.
B.
Peran Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi Santri Mahasiswa
dalam Mendukung Kegiatan Santripreneur di Indonesia
Dapat
diketahui, bahwasannya bahasa memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan
komunikasi baik antar satu individu dengan individu lain ataupun satu individu
dengan suatu kelompk lain. Bahasa erat kaitannya dengan saling memahami dari
sumber informasi dengan penerima informasi. Pada saat ini penting jika
mahasiswa terlebih mahasiswa santri untuk menguasai Dwi Bahasa, yaitu Bahasa
Arab dan Inggris. Pembelajaran bahasa asing di Indonesia telah berlangsung
sejak zaman kolonial. Pembelajaran bahasa Inggris dilaksanakandi
sekolah-sekolah tertentu dan diperuntukkan bagi anak-anak bangsawan Belanda dan
menjadi symbol “kelas sosial” yang tinggi. Sedangkan pembelajaran Bahasa Arab
berlangsung di kalangan masyarakat agamis (Wahyuni, 2018: 68).
Dari sini dapat
diketahui, bahwasannya kedua bahasa tersebut dapat mewarnai dinamika pembelajaran
dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan hanya pendidikan dari jenjang pra
sekolah sampai pada jenjang pendidikan tinggi. Bukan hanya pendidikan umum
saja, akan tetapi pendidikan berbasis pesantrenpun juga tidak ketinggalan dalam
menggunakan bahasa asing tersebut dalam kesehariannya. Hal ini dimaksudkan
karena memang dua bahasa tersebut memiliki peran yang begitu signifikan untuk
kelanjutan santri di Indoensia. Tujuan yang diharapkan dari santri mahasiswa
untuk menguasai Dwi Bahasa ini yaitu untuk
memenuhi kebutuhan praktis sebagai representasi dari kearifan lokal pada setiap
daerah untuk menghadapi tantangan dunia globalisasi. Selain itu, menurut
Wahyuni (2018: 68), bahasa Asing ini sangat berkontribusi terhadap pemenuhan
kebutuhan ilmu alat bagi setiap pembelajar. Secara khusus, bahasa Arab menjadi
ilmu alat sekaligus sebagai media komunikasi dalam kajian pendidikan Islam.
Santri terlebih
sebagai mahasiswa pada era seperti sekarang ini, memang harus melek dengan Dwi
Bahasa ini. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi santri, hal ini
dimaksudkan karena untuk sekarang ini santri bukan hanya bertugas untuk mengaji
saja, akan tetapi santri bisa memiliki kemampuan lebih selain mengerti akan
ilmu agama santri juga dituntut untuk bisa kompeten dalam bidang teknologi yang
serba canggih ini. Santri yang menjadi mahasiswa agar tetap bisa mengikuti
perkembangan seperti sekarang ini mau tidak mau memang harus dituntut agar
mampu menguasai teknologi yang serba canggih di era Revolusi Industri 4.0 ini. Selain
itu, santri mahasiswa diharapkan juga bisa menjadi santri yang mandiri dengan
melakukan kegiatan entreprenuer dan diharapkan bisa ikut serta dalam kancah
perdagangan bebas di dunia dalam bidang entrepreneur ini. Hal inilah yang bisa disebut dengan santriprenur yang
ikut serta andil dalam kemajuan negeri tercinta Indonesia.
Dapat dipahami,
bahwasannya berdasarkan kutipan dari Halim (2020), Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) membuat program Santripreneur. Santripreneur merupakan program
untuk mencetak wirausaha dari lingkungan pondok pesantren (ponpes)
agar dapat turut mendorong roda perekonomian nasional. Melalui program ini,
para santri dibekali pengetahuan, motivasi kewirausahaan, serta pelatihan
produksi industri. Guna menyukseskan program Santripreneur ini, Gati
menyampaikan, Bank Indonesia (BI) turut andil dalam memfasilitasi inkubator
bisnis syariah mengenai keuangan mikro syariah dan nonkeuangan seperti
agrobisnis serta perdagangan dan jasa. Beberapa program yang diberikan, antara
lain pelatihan motivasi usaha dan penyusunan bisnis plan, Pelatihan Rapid
Rural Appraisal (RRA), penyusunan Feasibility Study (FS), pelatihan
strategi marketing, serta pelatihan hukum bisnis, fiqih mualah dan akad
perbankan syariah.
Dan kegiatan
santripreneur ini tentunya diharapkan dapat mencapai pasar global. Dengan
memanfaatkan produktivitas santri mahasiswa sebagai santripreneur tentunya hal
ini akan sangat menggembirakan. Santri mahasiswa sebagai santripreneur selain
bisa fokus dalam perkuliahannya juga bisa fokus dengan ilmu agama, seperti
penguasaan akan Al-Qur’an, hadits, dalil, kitab kuning, dan lain sebagainya
yang menggunakan Bahasa Arab. Selain itu, santri mahasiswa juga bisa berperan
sebagai santrpreneur yang juga ikut turut andil dalam dunia entrepreneur di
kacah internasioanl, yang tentunya dengan menggunakan Bahasa Inggris.
C.
Faktor yang Menghambat Penguasaan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan
Inggris) bagi Santri Mahasiswa dalam Mendukung Kegiatan Santripreneur di
Indonesia
Faktor
penghambat pembinaan keterampilan berbahasa asing santri sesuai dalam Insan
(2019), diantaranya: 1) konsistensi pengurus IPM bagian bahasa dalam
menjalankan tugas, dikarenakan kesulitan dalam membagi waktu antara kesibukan
pribadi dan organisasi. Faktor ini sesuai dengan problematika pembelajaran
bahasa asing berdasar BAB II, yaitu motivasi pengurus dalam menjalankan tugas.
Permasalahan ini berdampak pada pelaksanaan tugas pengurus yang tidak maksimal.
2) Beberapa oknum atau kelompok santri yang secara sembunyi atau
terang-terangan melanggar aturan bahasa asing. Meskipun terdapat hukuman,
beberapa santri hanya menjalankan peraturan ketika dalam pengawasan pengurus
bahasa, apabila tidak dalam pengawasan mereka mencuri kesempatan untuk
melanggar peraturan. Faktor ini sesuai dengan problematika pembelajaran bahasa
asing yaitu kondisi santri dalam mensikapi peraturan pembinaan keterampilan
berbahasa asing. Berdasarkan hasil skripsi beliau, dapat diketahui bahwasannya
penghambatnya santri untuk menguasai bahasa asing, yaitu kurangnya pengawasan
dari pengurus pondok pesantren dan permasalahan dari santrinya itu sendiri.
Selain itu,
berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di oleh (Akhmad, 2016: 51-53), tentang faktor-faktor yang menghambat
keterampilan berbicara mahasiswa yaitu:
1.
Faktor sarana dan prasana
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen
yang harus terpenuhi dalam menunjang pendidikan yang baik. Menurut Ketentuan
Umum Permendiknas No. 24 Tahun 2007 dalam Mohamad Mustari, sarana adalah
perlengkapan pembelajaran yang dapat dipinda-pindah, sedangkan prasarana adalah
fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.
2.
Faktor kehadiran mahasiswa dan pengajar
Faktor kehadiran mahasiswa dan pengajar sangat penting dalam proses
pembelajaran karena kehadiran mahasiswa dan pengajar menjadi hal yang utama
sehingga mahasiswa dapat menerima materi yang diajarkan secara berkesinambungan
dan mampu menerapkan pelajaran yang didapatkan, para pengajar juga berharap
kehadiran mahasiswa dapat mencapai 100% agar proses pembelajaran bisa berjalan
secara efektif dan efesien.
3.
Faktor keuangan
Dalam implementasinya faktor keuangan merupakan salah satu
substansi yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pembelajaran. Pada
umumnya kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengordinasian, pengawasan atau pengendalian.
4.
Faktor komunikasi
Faktor komunikasi sangat dibutuhkan saat proses pembelajaran
berlangsung. Mahasiswa dapat dibiasakan berbicara menggunakan Bahasa Arab dan
Inggris 53 sehingga mahasiswa terbiasa berbicara. Dengan adanya kebiasaan
seperti itu maka lebih memudahkan lagi mahasiswa untuk menguasai Bahasa Arab
dan Inggris.
5.
Faktor media pembelajaran
Media pembelajaran sangatlah penting di dalam proses pembelajaran
karena dapat membantu dan merangsang mahasiswa dalam proses pembelajaran
tersebut. Dengan adanya media pembelajaran mahasiswa dapat melihat secara
langsung benda atau alat yang digunakan sebagai media sehingga membuat
mahasiswa mampu mengingat dan berbicara dalam Bahasa Arab dan Inggris.
6.
Kurangnya kosakata yang dihafal
Sedikitnya kosakata yang diketahui atau yang dihafal oleh mahasiswa
membuat mereka malu untuk berbicara atau bertanya baik kepada teman maupun
pengajar atau dosen.
D.
Solusi untuk Meningkatakan Ketrampilan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan
Inggris) bagi Santri Mahasiswa dalam Mendukung Kegiatan Santripreneur di
Indonesia
Guna
melancarkan bahasa asing santri dan membiasakan mereka bergaul dengan bahasa
Asing di mana pun dan kapan pun saat di dalam pondok, maka dibuatlah suatu
peraturan yang memonitor kondisi penggunaan bahasa di lingkungan pondok
pesantren dengan menggunakan metode jasus. Jasus berarti “mata-mata”. Jasus ini
merupakan suatu metode unik yang dimiliki oleh Pondok Gontor untuk mengumpulkan
informasi-informasi mengenai santri yang melanggar qanun (peraturan pondok). Di
Pondok Gontor, seorang santri yang melakukan pelanggaran seperti melanggar
qanun atau peraturan pondok, dipanggil menghadap ke suatu mahkamah yang
dikelola oleh para santri senior (Rahman, 2018: 24). Dari sini dapat diketahui,
bahwasannya dalam pengembangan keterampilan santri dalam menggunakan bahasa
asing yaitu dengan menggunakan setiap waktu bahasa asing tersebut dalam
melakukan komunikasi sesaui peraturan pondok dan apabila tidak menggunakan
bahasa asing tersebut, maka akan ada sanksi tersendiri bagi santri tersebut.
Terdapat
beberapa kegiatan yang mendukung pembelajaran dan perkembangan bahasa asing di
Pesantren, yang beberapa dilaksanakan harian, mingguan, bulanan, bahkan
tahunan. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk mensukseskan pembelajaran
bahasa asing, membiasakan siswa untuk tinggal di lingkungan asli bahasa target
dengan orang yang berbicara bahasa yang sama, dan untuk menghidupkan lingkungan
yang mendukung pembalajaran bahasa. Kesemua tujuan tersebut dapat dicapai
melalui beberapa jenis kegiatan harian, diantaranya (Maghfiroh: 2015):
1.
Pemberian Kosakata Pagi Hari
2.
Membawa kamus
3.
Menggunakan bahasa asing setiap hari
4.
Latihan pidato dan kursus intensif bahasa asing
5.
Penyediaan Language Input yang memadai (mendengarkan berita
dan lagu berbahasa asing, pengumuman, dan membaca dalam bahasa target)
6.
Menghafalkan kosakata di malam hari
Dengan adanya ketrampilan dalam penguasan Dwi Bahasa tersebut tentu
apabila santri bisa menguasainya, akan sangat bermanfaat dalam mendukung
santripreneur di Indonesia.
PENUTUP
Pada dasarnya santri memiliki tugas yang luar biasa yaitu menimba
ilmu, khususnya ilmu agama. Santri diharapkan bisa menguasai Bahasa Arab karena
santri lebih sering menggunakan bahasa tersebut dalam membaca Al-Qur’an,
hadits, dalil-dalik, bahkan santri diharapkan dapat membaca kitab kuning.
Dengan mengetahui Bahasa Arab ini tentunya, santri bisa mengamalkan ilmunya dan
bahkan bisa mengajarkannya kepada orang lain. Sementara itu, santri mahasiswa
memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan peran perdagangan global.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang
gabung dalam G-20. Hal ini menjadi peluang emas bagi santripreneur yang ikut
andil dalam bidang ini guna memajukan ekonomi Bangsa Indonesia. Maka dari itu, santri terlebih santri
mahasiswa diharapkan dapat menguasai Bahasa Inggris untuk mendukung kegiatan
tesebut. Tetapi, sebenarnya masih ada kendala atau hambatan santri untuk bisa
menguasai Dwi Bahasa tersebut, dinataranya adalah kurangnya pengawasan dari
pengawas santri, faktor sarana dan prasarana, kehadiran mahasiswa dan pengajar,
keuangan, komunikasi, media pembelajaran, dan kosakata yang dihafal. Maka dari
itu, diperlukan solusi untuk faktor penghambat tersebut, diantaranya adalah
mengaplikasikan dalam kesaharian sesuai peraturan pesantren, pemberian kosakata
pagi hari, membawa kamus, menggunakan bahasa asing setiap hari, latihan pidato
dan kursus intensif bahasa asing, penyediaan Language Input yang memadai
(mendengarkan berita dan lagu berbahasa asing, pengumuman, dan membaca dalam
bahasa target), dan menghafalkan kosakata di malam hari. Dengan demikian,
diharapkan agar santri bisa menguasai Dwi Bahasa yaitu Bahasa Arab dan Inggris
guna mendukung santrpreneur di Indonesia dalam era Revolusi Industri 4.0 seperti
sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2020. Kemenperin Jalankan Program Santripreneur. https://www.topbusiness.id/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 15.47 WIB.
Akhmad, Mawadda Warahma. 2016. Keterampilan Berbicara Bahasa
Arab dan Inggris Mahasiswa Alumni Piba (Studi Kasus Prodi PGMI Angkatan 2014
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Uin Alauddin Makassar). Skripsi. UIN
Alauddin Makassar: Makassar.
Gareta, Sella Panduarsa. 2018. Santripreneur wujudkan ekonomi
berbasis syariah. http://danareksasekuritas.com/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 20.17 WIB.
Halim, Vania. 2020. Santripreneur, Program Mencetak Wirausaha
dari Lingkungan Pondok Pesantren. https://economy.okezone.com/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 17.11 WIB.
Hidayat, Anwar. 2012. Penelitian Kualitatif: Penjelasan Lengkap.
https://www.statistikian.com/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 17.36 WIB.
Insan, Muzzaki Jamaalul. 2019. Pembinaan Keterampilan Berbahasa
Asing Santri di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Imam Syuhodo Tahun Ajaran
2019/2020. Skripsi. Universitas Muhammadiyah SurakartaL: Surakarta.
Jurianto. 2017. Pentingnya Penggunaan Bahasa Inggris dalam
Komunikasi Dakwah pada Era Global. Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial
Kemanusiaan. Vol. 8. No. 2. Hal: 241-258.
KJRI Frankfurt. 2016. Peran Indonesia dalam Ekonomi Internasional. https://www.indonesia-frankfurt.de/. Diakses 18 Juni 2020 pukul 20.45 WIB.
Lastary, Lisa Dwi dan Rahayu, Anizar. 2018. Hubungan Dukungan
Sosial dan Self Efficacy dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Perantau yang
Berkuliah di Jakarta. Jurnal Ikraith-Humaniora. Vol. 2. No. 2. Hal:
17-23.
Novinati, Riska Dwi, dkk. 2017. Komunikasi Antarpribadi dalam
Menciptakan Harmonisasi (Suami dan Istri) Keluarga di Desa Sagea Kabupaten
Halmahera Tengah. Jurnal Acta Diurna.
Vol. 6. No. 2. Hal: 1-15.
Maghfiroh, Ana. 2015. From Daily To Fluency : Melejitkan Kemampuan
Bahasa Asing dengan Aktifitas Bahasa Harian. eprints.umpo.ac.id. Diakses tgl.
18 Juni 2020 pukul 21.44 WIB.
Nu Online. 2018. Definisi Santri Menurut Gus Mus. https://www.nu.or.id/. Diakses Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 16.52 WIB.
Sekolahinggris. 2020. Apa Sih Pengertian Dari Bahasa Inggris
Itu?. https://www.sekolahbahasainggris.co.id/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 16.36 WIB.
Wahab, Muhbib Abdul. 2014. Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan
Ilmu dan Peradaban Islam. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban.
Vol. I. No. 1. Hal: 1-20.
Wahyuni, Imelda. 2018. Tantangan Dan Peluang Pengembangan
Keterampilan Bahasa Arab Komunikatif di Pesantren Modern Gontor Putri 4
Sulawesi Tenggara. Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic
Education Studies). Vol. 6. No. 1. Hal: 67-84.
BIODATA PENULIS
Nama :
Arifatul Hasanah
Asal institusi/Kampus :
Universitas Negeri Yogyakarta
Fakultas/Jurusan :
Fakultas Ilmu Sosial/Pendidikan Geografi
Semester :
4
MasyaAllah sisttt.. berfaedah sekaliwww
BalasHapus