Senin, 22 Juni 2020

EKSISTENSI PERAN DWI BAHASA (BAHASA ARAB DAN INGGRIS) BAGI SANTRI MAHASISWA DALAM MENDUKUNG KEGIATAN SANTRIPRENEUR DI INDONESIA

Oleh:
Arifatul Hasanah

ABSTRAK

Penguasaan bahasa asing dalam era Revolusi Industri 4.0 seperti sekarang ini memang sangat dibutuhkan, terlebih bagi generasi muda Indonesia. Santri Mahasiswa juga menjadi generasi muda yang bisa ikut andil dalam memajukan Negara Indonesia karena mereka biasanya sudah boleh menggunakan alat elektronik di lingkungan pondok pesantren. Santri merupakan generasi penerus bangsa yang selain belajar ilmu agama. Santri pada era sekarang bukan lagi yang hanya berfokus untuk belajar akan tetapi santri bisa berperan untuk menjadi santripreneur di Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang ikut dalam anggota G-20 (atau Kelompok 20). Tidak hanya itu, Negara Indonesia juga memiliki hubungan kerjasama dalam bidang ekonomi dengan negara lain. Hal ini tentu, menjadi peluang emas untuk santri bisa ikut andil dalam bidang ini. Untuk mendukung kegiatan tersebut, maka santri mahasiswa diharapakan dapat menguasai Bahasa Arab dan Inggris. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini yaitu deskriptif kualitatif dengan sumber penelitiannya berasal dari studi literatur. Tujuan dari artikel ini yaitu untuk mengetahui eksistensi peran, faktor yang menghambat, dan solusi untuk untuk meningkatakan ketrampilan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia.

Kata Kunci: Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris), Indonesia, santri mahasiswa, dan santripreneur.

PENDAHULUAN

Dapat diketahui bahwasannya Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya memeluk Agama Islam. Tidak  jarang banyak orang tua yang bergama Islam di Indoensia,  menyekolahkan anaknya di lembaga pondok pesantren, sehingga lahirlah banyak santri yang ada di seluruh Indonesia, terlebih di Pulau Jawa. Biasnya, orang tua akan memasukkan anaknya di pondok pesantren bisa mulai dari TK, SD, SMP, bahkan SMA. Tidak jarang pula, bahwasannya pada saat ini banyak dari kalangan mahasiswa yang juga ikut “nyantri” di pondok pesantren.
Mahasiswa pada dasarnya bukan saja orang yang menimba ilmu di perguruan tinggi saja, akan tetapi banyak dari mahasiswa yang juga ingin meneruskan nyantrinya dulu atau bahkan mahasiswa yang ingin memulai nyantri saat di bangku perguruan tinggi tersebut. Santri pada dasarnya merupakan orang yang menimba ilmu di lingkungan pondok pesantren dan diasuh oleh Kyai atau Nyai. Pada zaman dahulu banyak santri yang mondok di pondok pesantren semata-mata hany untuk menimba ilmu agama, sementara pada zaman sekarang bisa dikatakan bahwasannya santri bukan hanya belajar tentang ilmu agama saja, akan tetapi juga belajar mengenai ilmu umum.
Untuk saat ini, memang kebanyakan pondok pesantren melarang santrinya untuk membawa alat elektronik di pondok pesantren. Hal ini bisa dimaksudkan agar santri dapat fokus dalam menimba ilmunya. Tetapi, bagi santri mahasiswa hal ini akan berbeda. Hal ini bisa disebabkan karena pada zaman yang canggih seperti saat ini, ketika Revolusi 4.0 sudah menyebar di sebagian besar seluruh nusantara dan diharuskannya mahasiswa dalam kegiatan belajar memang menggunakan teknologi ini, seperti hp, laptop, dan lain sebagainya dengan menggunakan akses internet untuk menambah wawasan ilmu serta untuk mengerjakan tugas. Dengan alasan seperti itu, maka santri mahasiswa diperbolehkan untuk membawa alat elektronik tersebut.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwasannya dalam Era Revolusi Insudtri 4.0 seperti sekarang ini, tentunya akan berpengaruh pula  bagi santri mahasiswa. Selain santri mahasiswa tersebut dituntut untuk bisa mengusai teknologi yang serba canggih seperti sekarang ini, santri tersebut juga diharapkan dapat menguasai Dwi Bahasa, yaitu Bahasa Arab dan Inggris. Hal ini dikarenakan Dwi Bahasa tersebut erat kaitannya dengan santri mahasiswa yang selain mempelajari ilmu agama di berbagai kitab dengan menggunakan Bahasa Arab serta diharapkan dapat menguasai Bahasa Inggris untuk berbagai kepentingan di era seperti sekarang ini. Revolusi Industri 4.0 juga membawa kemajuan bagi santri mahasiswa yang ada di Indonesia. Berdasarkan kutipan dari (https://www.topbusiness.id/: 2020), bahwasannya kementerian Perindustrian (kemenperin) aktif menjalankan program Santripreneur di berbagai wilayah Indonesia. Sebab, santri di lingkungan pondok pesantren (Ponpes) berpotensi besar menjadi wirausaha industri baru, khususnya sektor industri kecil dan menengah (IKM), yang diharapkan berperan menggerakkan roda perekonomian nasional. Selain itu, adanya pasar global yang sudah terjadi akbat arus globalisasi ini, pun bisa berpengaruh besar santri mahasiswa.. Dengan adanya gerakan santripreneur ini, maka penguasann Dwi Bahasa yaitu Bahasa Arab dan Inggris di kalangan santripreneur perlu diterapkan.
Oleh karena itu, artikel ini akan membahas mengenai eksistensi peran Dwi Bahasa yaitu Bahasa Arab dan Inggris bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia.  Sedangkan rumusan masalah yang ada dalam artikel ini yaitu (1) bagaimana eksistensi peran Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia? (2) apa faktor yang menghambat penguasaan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia? (3) bagaimana solusi untuk untuk meningkatakan ketrampilan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia?
Selanjutnya, tujuan yang diperoleh dari artikel ini yaitu untuk mengetahui eksistensi peran Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia dan untuk mengetahui faktor yang menghambat penguasaan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia. Serta untuk mengetahui solusi untuk untuk meningkatakan ketrampilan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia.



























KAJIAN PUSTAKA
A.      Pengertian Peran
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002: 243) dalam Novianti (2017: 2-3), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peran yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan atau diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah akan mempunyai peran yang sama. Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial.

B.       Bahasa Arab dan Inggris
Menurut Wahyono, bahasa merupakan media utama dalam berkomunikasi sehingga kebutuhan terhadap pemahaman berbahasa sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Dengan bahasa, seseorang mampu menyampaikan maksud dan tujuan sehingga informasi dan pesan yang disampaikan kepada orang lain atau masyarakat tersampaikan dengan baik. Informasi dan pesan yang akan disampaikan juga harus dibahasakan secara penuh agar maknanya dapat dipahami oleh penerima dengan mudah karena kesulitan dalam memahami suatu informasi dan pesan dapat mengakibatkan perbedaan interpretasi dan pemahaman (Wahyono: 2016 dalam Juriana, 2017: 245).
Bahasa Arab adalah bahasa Al Qur’an dan Al- Hadist, keduanya adalah dasar Agama Islam serta bahasa kebudayaan Islam seperti filsafat, ilmu kalam, ilmu hadis, tafsir dan lain sebagainya (Mudjidi: 1994 dalam http://eprints.walisongo.ac.id/: 2011). Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling banyak menyandang atribut. Selain merupakan bahasa kitab suci al-Qur’an dan Hadis, bahasa Arab adalah bahasa agama dan umat Islam, bahasa resmi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), bahasa nasional lebih dari 25 negara di kawasan Timur Tengah, lughah al-dhâd, dan bahasa warisan sosial budaya (lughah al-turâts) (Wahab, 2014: 1).
Sedangkan Bahasa Inggris adalah  bahasa yang digunakan sebagai media komunikasi dan sebagai bahasa Internasional pertama yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia (https://www.sekolahbahasainggris.co.id/: 2020). Abraham Oomen mengatakan: “The importance of English as a global language is unquestionable and to become a competent user of this language is demand of the time.”16 Artinya pentingnya bahasa Inggris sebagai suatu bahasa global sudah tidak diragukan lagi dan menjadi seorang pengguna bahasa yang mampu berbahasa Inggris adalah tuntutan setiap saat (Abraham: 2012 dalam Juriana, 2017: 246).

C.      Santri Mahasiswa
Santri adalah murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat (yang tidak goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan). Santri juga adalah kelompok yang mencintai negaranya, sekaligus menghormati guru dan orang tuanya kendati keduanya telah tiada. ang mencintai tanah airnya (tempat dia dilahirkan, menghirup udaranya, dan bersujud di atasnya) dan menghargai tradisi-budaya-nya.  Yang menghormati guru dan orang tua hingga tiada. Yang menyayangi sesama hamba Allah; yang mencintai ilmu dan tidak pernah berhenti belajar (minal mahdi ilãl lahdi); Yang menganggap agama sebagai anugerah dan sebagai wasilah mendapat ridha tuhannya. Santri ialah hamba yang bersyukur. Hal itulah definisi santri menurut Gus Mus yang dikutip dalam nu online (2018).
Sedangkan pengertian mahasiswa menurut Siswoyo (2007) dalam Lastary dan Rahayu (2018: 17), mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain setingkat perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan perencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.

D.      Santripreneur
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membuat program Santripreneur. Hingga saat ini, santripreneur telah membina 8.128 santri di 7 provinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Lampung, Kalimantan Timur, dan Banten. Santripreneur merupakan program untuk mencetak wirausaha dari lingkungan pondok pesantren (ponpes) agar dapat turut mendorong roda perekonomian nasional. Melalui program ini, para santri dibekali pengetahuan, motivasi kewirausahaan, serta pelatihan produksi industri (Halim: 2020).
Berdasarkan data Kementerian Agama, pada tahun 2014, pondok pesantren yang ada di Indonesia sebanyak 27.290 lembaga dengan jumlah santri mencapai 3,65 juta orang. Ini menjadi potensi bagi penumbuhan wirausaha baru dan sektor IKM di Tanah Air. Model Santri Berindustri fokus pada pengembangan unit industri yang telah ada dan sumber daya manusia di lingkungan pondok pesantren yang terdiri dari santri dan alumni santri (Gareta: 2018).









METODE PENELITIAN

Dalam artikel ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan studi literatur. Penelitian ini menggunakan pendekatan menurut Moleong (2011: 6) dalam Hidayat (2012), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penalitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam artikel ini akan membahas mengenai eksistensi peran Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi santri mahasiswa dalam mendukung kegiatan santripreneur di Indonesia.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.  Data sekunder ialah data dan/atau informasi yang tidak dapat secara langsung dari sumber pertama (responden) baik melalui wawancara ataupun dengan menggunakan kuisioner secara tertulis (Sarwono, 2006: 226). Sumber data yang digunakan berupa pustaka-pustaka yang ada seperti jurnal-jurnal maupun web yang memiliki korelasi terhadap pembahasan masalah. Semua itu diterapkan dengan interpretasi dalam metode analisis data. Bahan-bahan tersebut dapat dijadikan sebagai pendukung dalam menyusun ketajaman analisis.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research (studi pustaka). Penelitian ini  menggunakan pendekatan kepustakaan (library research), sebagaimana diungkapkan oleh Zed (2004) dalam Herdiana (2019: 69), yang menyatakan bahwa studi kepustkaaan merupakan penelitian yang memanfaatkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data penelitian, sehingga dalam penelitian ini referensi kepustakaan menjadi sumber utama. Pustaka yang digunakan dalam pengumpulan data berupa media elektronik yang valid, memiliki hubungan satu sama lainnya, relevan dengan kajian tulisan, mendukung uraian atau analisis pembahasan, dan juga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode analisis deskriptif, dimana diartikan sebagai usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian dilakukan suatu analisis terhadap data tersebut, adapun data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan dalam bentuk angka-angka (Surakhmad, 1990) dalam Herdiana (2019: 69). Dalam hal ini data-data mengenai pengembangan desa wisata dikumpulkan dari berbagai sumber untuk kemudian oleh peneliti dilakukan analisis dan interpretasi dari data tersebut.



























HASIL DAN PEMBAHASAN


A.           Ekonomi Indonesia di Kancah Dunia dalam Mendukung Kegiatan Santripreneur
Description: C:\Users\ACER\Documents\FOLDER ARIFATUL H\KARYAA\ARTIKEL\ek13.jpg
Gambar 1. Populasi global Pasar-pasar Terbesar di Dunia (Sumber: KJRI Frankfurt: 2016)

Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G-20 (atau Kelompok 20). Negara-negara dalam kelompok ini terdiri dari 19 negara dan ditambah dengan Uni Eropa; menguasai 75% perdagangan dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil setiap tahunnya telah menempatkan negara ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Keberhasilan Indonesia menjadi economy global power tersebut tak lepas dari modal pembangunan yang dimiliki Indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki modal pembangunan sangat lengkap, mulai dari sumber daya alam (SDA) yang melimpah, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, iklim demokrasi yang stabil, dan letak geografis yang strategis. Berdasarkan survei 600 CEO dari PWC (2014) mengungkap bahwa Indonesia menjadi tujuan investasi ke-3 setelah Cina dan Amerika Serikat di antara negara-negara anggota APEC. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ketujuh terbesar dunia pada 2030 (KJRI Frankfurt: 2016). Dengan Indoensia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G-20 (atau Kelompok 20), hal ini tentu menjadi keuntungan bagi Negara Indonesia untuk bisa turut andil dalam pasar global. Hal ini tentu bisa mengikutsertakan santripreneur dalam bidang ini. Hal ini tentu akan sangat menguntungkan bagi santripreneur itu sendiri.

B.            Peran Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi Santri Mahasiswa dalam Mendukung Kegiatan Santripreneur di Indonesia
Dapat diketahui, bahwasannya bahasa memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan komunikasi baik antar satu individu dengan individu lain ataupun satu individu dengan suatu kelompk lain. Bahasa erat kaitannya dengan saling memahami dari sumber informasi dengan penerima informasi. Pada saat ini penting jika mahasiswa terlebih mahasiswa santri untuk menguasai Dwi Bahasa, yaitu Bahasa Arab dan Inggris. Pembelajaran bahasa asing di Indonesia telah berlangsung sejak zaman kolonial. Pembelajaran bahasa Inggris dilaksanakandi sekolah-sekolah tertentu dan diperuntukkan bagi anak-anak bangsawan Belanda dan menjadi symbol “kelas sosial” yang tinggi. Sedangkan pembelajaran Bahasa Arab berlangsung di kalangan masyarakat agamis (Wahyuni, 2018: 68).
Dari sini dapat diketahui, bahwasannya kedua bahasa tersebut dapat mewarnai dinamika pembelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan hanya pendidikan dari jenjang pra sekolah sampai pada jenjang pendidikan tinggi. Bukan hanya pendidikan umum saja, akan tetapi pendidikan berbasis pesantrenpun juga tidak ketinggalan dalam menggunakan bahasa asing tersebut dalam kesehariannya. Hal ini dimaksudkan karena memang dua bahasa tersebut memiliki peran yang begitu signifikan untuk kelanjutan santri di Indoensia. Tujuan yang diharapkan dari santri mahasiswa untuk menguasai Dwi Bahasa ini yaitu  untuk memenuhi kebutuhan praktis sebagai representasi dari kearifan lokal pada setiap daerah untuk menghadapi tantangan dunia globalisasi. Selain itu, menurut Wahyuni (2018: 68), bahasa Asing ini sangat berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan ilmu alat bagi setiap pembelajar. Secara khusus, bahasa Arab menjadi ilmu alat sekaligus sebagai media komunikasi dalam kajian pendidikan Islam.
Santri terlebih sebagai mahasiswa pada era seperti sekarang ini, memang harus melek dengan Dwi Bahasa ini. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi santri, hal ini dimaksudkan karena untuk sekarang ini santri bukan hanya bertugas untuk mengaji saja, akan tetapi santri bisa memiliki kemampuan lebih selain mengerti akan ilmu agama santri juga dituntut untuk bisa kompeten dalam bidang teknologi yang serba canggih ini. Santri yang menjadi mahasiswa agar tetap bisa mengikuti perkembangan seperti sekarang ini mau tidak mau memang harus dituntut agar mampu menguasai teknologi yang serba canggih di era Revolusi Industri 4.0 ini. Selain itu, santri mahasiswa diharapkan juga bisa menjadi santri yang mandiri dengan melakukan kegiatan entreprenuer dan diharapkan bisa ikut serta dalam kancah perdagangan bebas di dunia dalam bidang entrepreneur ini. Hal inilah  yang bisa disebut dengan santriprenur yang ikut serta andil dalam kemajuan negeri tercinta Indonesia.
Dapat dipahami, bahwasannya berdasarkan kutipan dari Halim (2020), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membuat program Santripreneur. Santripreneur merupakan program untuk mencetak wirausaha dari lingkungan pondok pesantren (ponpes) agar dapat turut mendorong roda perekonomian nasional. Melalui program ini, para santri dibekali pengetahuan, motivasi kewirausahaan, serta pelatihan produksi industri. Guna menyukseskan program Santripreneur ini, Gati menyampaikan, Bank Indonesia (BI) turut andil dalam memfasilitasi inkubator bisnis syariah mengenai keuangan mikro syariah dan nonkeuangan seperti agrobisnis serta perdagangan dan jasa. Beberapa program yang diberikan, antara lain pelatihan motivasi usaha dan penyusunan bisnis plan, Pelatihan Rapid Rural Appraisal (RRA), penyusunan Feasibility Study (FS), pelatihan strategi marketing, serta pelatihan hukum bisnis, fiqih mualah dan akad perbankan syariah.
Dan kegiatan santripreneur ini tentunya diharapkan dapat mencapai pasar global. Dengan memanfaatkan produktivitas santri mahasiswa sebagai santripreneur tentunya hal ini akan sangat menggembirakan. Santri mahasiswa sebagai santripreneur selain bisa fokus dalam perkuliahannya juga bisa fokus dengan ilmu agama, seperti penguasaan akan Al-Qur’an, hadits, dalil, kitab kuning, dan lain sebagainya yang menggunakan Bahasa Arab. Selain itu, santri mahasiswa juga bisa berperan sebagai santrpreneur yang juga ikut turut andil dalam dunia entrepreneur di kacah internasioanl, yang tentunya dengan menggunakan Bahasa Inggris.

C.           Faktor yang Menghambat Penguasaan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi Santri Mahasiswa dalam Mendukung Kegiatan Santripreneur di Indonesia
Faktor penghambat pembinaan keterampilan berbahasa asing santri sesuai dalam Insan (2019), diantaranya: 1) konsistensi pengurus IPM bagian bahasa dalam menjalankan tugas, dikarenakan kesulitan dalam membagi waktu antara kesibukan pribadi dan organisasi. Faktor ini sesuai dengan problematika pembelajaran bahasa asing berdasar BAB II, yaitu motivasi pengurus dalam menjalankan tugas. Permasalahan ini berdampak pada pelaksanaan tugas pengurus yang tidak maksimal. 2) Beberapa oknum atau kelompok santri yang secara sembunyi atau terang-terangan melanggar aturan bahasa asing. Meskipun terdapat hukuman, beberapa santri hanya menjalankan peraturan ketika dalam pengawasan pengurus bahasa, apabila tidak dalam pengawasan mereka mencuri kesempatan untuk melanggar peraturan. Faktor ini sesuai dengan problematika pembelajaran bahasa asing yaitu kondisi santri dalam mensikapi peraturan pembinaan keterampilan berbahasa asing. Berdasarkan hasil skripsi beliau, dapat diketahui bahwasannya penghambatnya santri untuk menguasai bahasa asing, yaitu kurangnya pengawasan dari pengurus pondok pesantren dan permasalahan dari santrinya itu sendiri.
Selain itu, berdasarkan hasil  penelitian yang telah dilakukan di oleh (Akhmad, 2016: 51-53), tentang faktor-faktor yang menghambat keterampilan berbicara mahasiswa yaitu:
1.      Faktor sarana dan prasana
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen yang harus terpenuhi dalam menunjang pendidikan yang baik. Menurut Ketentuan Umum Permendiknas No. 24 Tahun 2007 dalam Mohamad Mustari, sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipinda-pindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.
2.      Faktor kehadiran mahasiswa dan pengajar
Faktor kehadiran mahasiswa dan pengajar sangat penting dalam proses pembelajaran karena kehadiran mahasiswa dan pengajar menjadi hal yang utama sehingga mahasiswa dapat menerima materi yang diajarkan secara berkesinambungan dan mampu menerapkan pelajaran yang didapatkan, para pengajar juga berharap kehadiran mahasiswa dapat mencapai 100% agar proses pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan efesien.
3.      Faktor keuangan
Dalam implementasinya faktor keuangan merupakan salah satu substansi yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pembelajaran. Pada umumnya kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengordinasian, pengawasan atau pengendalian.
4.      Faktor komunikasi
Faktor komunikasi sangat dibutuhkan saat proses pembelajaran berlangsung. Mahasiswa dapat dibiasakan berbicara menggunakan Bahasa Arab dan Inggris 53 sehingga mahasiswa terbiasa berbicara. Dengan adanya kebiasaan seperti itu maka lebih memudahkan lagi mahasiswa untuk menguasai Bahasa Arab dan Inggris.
5.      Faktor media pembelajaran
Media pembelajaran sangatlah penting di dalam proses pembelajaran karena dapat membantu dan merangsang mahasiswa dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan adanya media pembelajaran mahasiswa dapat melihat secara langsung benda atau alat yang digunakan sebagai media sehingga membuat mahasiswa mampu mengingat dan berbicara dalam Bahasa Arab dan Inggris.
6.      Kurangnya kosakata yang dihafal
Sedikitnya kosakata yang diketahui atau yang dihafal oleh mahasiswa membuat mereka malu untuk berbicara atau bertanya baik kepada teman maupun pengajar atau dosen.

D.           Solusi untuk Meningkatakan Ketrampilan Dwi Bahasa (Bahasa Arab dan Inggris) bagi Santri Mahasiswa dalam Mendukung Kegiatan Santripreneur di Indonesia
Guna melancarkan bahasa asing santri dan membiasakan mereka bergaul dengan bahasa Asing di mana pun dan kapan pun saat di dalam pondok, maka dibuatlah suatu peraturan yang memonitor kondisi penggunaan bahasa di lingkungan pondok pesantren dengan menggunakan metode jasus. Jasus berarti “mata-mata”. Jasus ini merupakan suatu metode unik yang dimiliki oleh Pondok Gontor untuk mengumpulkan informasi-informasi mengenai santri yang melanggar qanun (peraturan pondok). Di Pondok Gontor, seorang santri yang melakukan pelanggaran seperti melanggar qanun atau peraturan pondok, dipanggil menghadap ke suatu mahkamah yang dikelola oleh para santri senior (Rahman, 2018: 24). Dari sini dapat diketahui, bahwasannya dalam pengembangan keterampilan santri dalam menggunakan bahasa asing yaitu dengan menggunakan setiap waktu bahasa asing tersebut dalam melakukan komunikasi sesaui peraturan pondok dan apabila tidak menggunakan bahasa asing tersebut, maka akan ada sanksi tersendiri bagi santri tersebut.
Terdapat beberapa kegiatan yang mendukung pembelajaran dan perkembangan bahasa asing di Pesantren, yang beberapa dilaksanakan harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk mensukseskan pembelajaran bahasa asing, membiasakan siswa untuk tinggal di lingkungan asli bahasa target dengan orang yang berbicara bahasa yang sama, dan untuk menghidupkan lingkungan yang mendukung pembalajaran bahasa. Kesemua tujuan tersebut dapat dicapai melalui beberapa jenis kegiatan harian, diantaranya (Maghfiroh: 2015):
1.      Pemberian Kosakata Pagi Hari
2.      Membawa kamus
3.      Menggunakan bahasa asing setiap hari
4.      Latihan pidato dan kursus intensif bahasa asing
5.      Penyediaan Language Input yang memadai (mendengarkan berita dan lagu berbahasa asing, pengumuman, dan membaca dalam bahasa target)
6.      Menghafalkan kosakata di malam hari
Dengan adanya ketrampilan dalam penguasan Dwi Bahasa tersebut tentu apabila santri bisa menguasainya, akan sangat bermanfaat dalam mendukung santripreneur di Indonesia.










PENUTUP
Pada dasarnya santri memiliki tugas yang luar biasa yaitu menimba ilmu, khususnya ilmu agama. Santri diharapkan bisa menguasai Bahasa Arab karena santri lebih sering menggunakan bahasa tersebut dalam membaca Al-Qur’an, hadits, dalil-dalik, bahkan santri diharapkan dapat membaca kitab kuning. Dengan mengetahui Bahasa Arab ini tentunya, santri bisa mengamalkan ilmunya dan bahkan bisa mengajarkannya kepada orang lain. Sementara itu, santri mahasiswa memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan peran perdagangan global. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang gabung dalam G-20. Hal ini menjadi peluang emas bagi santripreneur yang ikut andil dalam bidang ini guna memajukan ekonomi Bangsa Indonesia.  Maka dari itu, santri terlebih santri mahasiswa diharapkan dapat menguasai Bahasa Inggris untuk mendukung kegiatan tesebut. Tetapi, sebenarnya masih ada kendala atau hambatan santri untuk bisa menguasai Dwi Bahasa tersebut, dinataranya adalah kurangnya pengawasan dari pengawas santri, faktor sarana dan prasarana, kehadiran mahasiswa dan pengajar, keuangan, komunikasi, media pembelajaran, dan kosakata yang dihafal. Maka dari itu, diperlukan solusi untuk faktor penghambat tersebut, diantaranya adalah mengaplikasikan dalam kesaharian sesuai peraturan pesantren, pemberian kosakata pagi hari, membawa kamus, menggunakan bahasa asing setiap hari, latihan pidato dan kursus intensif bahasa asing, penyediaan Language Input yang memadai (mendengarkan berita dan lagu berbahasa asing, pengumuman, dan membaca dalam bahasa target), dan menghafalkan kosakata di malam hari. Dengan demikian, diharapkan agar santri bisa menguasai Dwi Bahasa yaitu Bahasa Arab dan Inggris guna mendukung santrpreneur di Indonesia dalam era Revolusi Industri 4.0 seperti sekarang ini.






DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2020. Kemenperin Jalankan Program Santripreneur. https://www.topbusiness.id/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 15.47 WIB.
Akhmad, Mawadda Warahma. 2016. Keterampilan Berbicara Bahasa Arab dan Inggris Mahasiswa Alumni Piba (Studi Kasus Prodi PGMI Angkatan 2014 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Uin Alauddin Makassar). Skripsi. UIN Alauddin Makassar: Makassar.
Gareta, Sella Panduarsa. 2018. Santripreneur wujudkan ekonomi berbasis syariah. http://danareksasekuritas.com/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 20.17 WIB.
Halim, Vania. 2020. Santripreneur, Program Mencetak Wirausaha dari Lingkungan Pondok Pesantren. https://economy.okezone.com/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 17.11 WIB.
Hidayat, Anwar. 2012. Penelitian Kualitatif: Penjelasan Lengkap. https://www.statistikian.com/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 17.36 WIB.
Insan, Muzzaki Jamaalul. 2019. Pembinaan Keterampilan Berbahasa Asing Santri di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Imam Syuhodo Tahun Ajaran 2019/2020. Skripsi. Universitas Muhammadiyah SurakartaL: Surakarta.
Jurianto. 2017. Pentingnya Penggunaan Bahasa Inggris dalam Komunikasi Dakwah pada Era Global. Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan. Vol. 8. No. 2. Hal: 241-258.
KJRI Frankfurt. 2016. Peran Indonesia dalam Ekonomi Internasional. https://www.indonesia-frankfurt.de/. Diakses 18 Juni 2020 pukul 20.45 WIB.
Lastary, Lisa Dwi dan Rahayu, Anizar. 2018. Hubungan Dukungan Sosial dan Self Efficacy dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Perantau yang Berkuliah di Jakarta. Jurnal Ikraith-Humaniora. Vol. 2. No. 2. Hal: 17-23.
Novinati, Riska Dwi, dkk. 2017. Komunikasi Antarpribadi dalam Menciptakan Harmonisasi (Suami dan Istri) Keluarga di Desa Sagea Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal  Acta Diurna. Vol. 6. No. 2. Hal: 1-15.
Maghfiroh, Ana. 2015. From Daily To Fluency : Melejitkan Kemampuan Bahasa Asing dengan Aktifitas Bahasa Harian. eprints.umpo.ac.id. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 21.44 WIB.
Nu Online. 2018. Definisi Santri Menurut Gus Mus. https://www.nu.or.id/. Diakses Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 16.52 WIB.
Sekolahinggris. 2020. Apa Sih Pengertian Dari Bahasa Inggris Itu?. https://www.sekolahbahasainggris.co.id/. Diakses tgl. 18 Juni 2020 pukul 16.36 WIB.
Wahab, Muhbib Abdul. 2014. Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban. Vol. I. No. 1. Hal: 1-20.
Wahyuni, Imelda. 2018. Tantangan Dan Peluang Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab Komunikatif di Pesantren Modern Gontor Putri 4 Sulawesi Tenggara. Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies). Vol. 6. No. 1. Hal: 67-84.










BIODATA PENULIS
Nama                                       : Arifatul Hasanah
Asal institusi/Kampus             : Universitas Negeri Yogyakarta
Fakultas/Jurusan                      : Fakultas Ilmu Sosial/Pendidikan Geografi
Semester                                  : 4

1 komentar:

Big Competition & Seminar Internasional EASA 2022

Assalamu'alaikum wr. wb. Hello brotha and sista EASA, I can't believe that we have reached the end of another year. Brotha and sista...