Senin, 22 Juni 2020

Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Globalisasi, Bahasa Arab Sebagai Bahasa Pendamping Globalisasi: Pentingnya Kemampuan Dwi Bahasa Asing Inggris-Arab Sebagai Modal Awal Dalam Revolusi Industri 4.0


Oleh:
Naufal Ridhwan Aly
Mahasiswa Sarjana Filsafat Universitas Gadjah Mada

 “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing”
- Intisari Undag-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan -
Revolusi industri 4.0 adalah isu yang sedang naik daun di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah melalui kementerian Perindustrian bahkan sampai membuat road map bertajuk “Making Indonesia 4.0”[1]. Lalu apa sebenarnya revolusi industri 4.0 itu? Menurut Listhari Baenanda (2019) revolusi industri 4.0 menerapkan konsep automatisasi yang dilakukan oleh mesin dalam pengaplikasiannya. Dalam era ini, banyak ditemukan inovasi teknologi seperti Internet of Thing (IoT), Artificial Intelligence (AI), big data, mesin pintar hingga robot.
Berdasarkan pengertian di atas, teknologi jelas menjadi pusat perhatian. Namun, apakah memang hanya teknologi saja yang mempunyai arti penting dalam revolusi industi 4.0? Meskipun teknologi berperan besar dan dominan, peran bahasa juga tidak dapat dipandang sebelah mata di era revolusi industri 4.0. Mengapa demikian?
Bahasa adalah alat komunikasi. Keraf dalam Nurcholis (2019) menyebutkan bahwa fungsi paling pokok dan efektif yang dimiliki bahasa adalah kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan individu dan sosial yaitu sebagai alat ekspresi manusia, alat dalam mengadakan integrasi dan memberikan cara adaptasi sosial kepada masyarakat sosial, dan juga alat yang berfungsi sebagai kontrol sosial. Karena itu, secanggih apapun teknologi dalam era revolusi industri 4.0 ataupun di masa depan, selama masih ada umat manusia, bahasa adalah kunci dari peradabannya. Tanpa bahasa, manusia tidak akan dapat menyampaikan maksud, tujuan dan pemikirannya sehingga inovasi akan mandeg karena mustahil manusia bekerja seorang diri. Jika hal itu terjadi, pada akhirnya dunia akan mengalami kemunduran, alih-alih kemajuan. Selain itu, bahasa sebagai keahlian juga berfungsi secara pragmatis dalam menunjang kualitas kehidupan pribadi. Mam Eko, guru bahasa Inggris saya sewaktu SMA dahulu pernah berkata:
“Sepintar apapun kalian, jika tidak menguasai bahasa asing minimal bahasa Inggris. Kalian tidak akan ke mana-mana, kalian akan terus di Indonesia”
Kata-kata tersebut masih membekas di ingatan saya meskipun sudah diucapkan beberapa tahun yang lalu di dalam kelas ketika saya masih kelas 2 SMA. Mam Eko, guru bahasa Inggris yang mengucapkan kata-kata tersebut saat itu sedang bercerita. Ia menceritakan bagaimana saudaranya, seorang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang sudah mengabdi lama di kesatuan tersebut tidak mendapatkan kesempatan dinas ke luar negeri karena kemampuan bahasa asingnya yang minim meskipun kemampuan dalam hal lain mumpuni. Hal ini berbanding terbalik dengan rekan sesamanya di kesatuan yang kemampuan di bidang lain tidak semumpuni saudara guru saya, namun kemampuan bahasa asingnya mumpuni.
 Ia melanjutkan bahwa dalam era digital yang mendisrupsi berbagai lini kehidupan ini, kemampuan berbahasa adalah nomor satu, karena dengan menguasai kemampuan bahasa asing, kesempatan-kesempatan terbuka lebar bagi kita. Jejaring dan relasi akan semakin lebar bahkan mendekati tidak terbatas, apalagi di era revolusi industri 4.0 yang lekat dengan digitalisasi. Karena itu, bahasa Inggris sebagai bahasa internasional memang sudah seharusnya menjadi bahasa kedua bagi masyarakat dunia. Dengan menguasai bahasa Inggris, kita dapat lebih mudah dalam mencari dan menambah wawasan keilmuan.
Bahasa Inggris juga dapat digunakan untuk membantu mengenalkan budaya lokal ke dunia internasional sehingga dapat menciptakan potensi transfer budaya yang menciptakan peluang yang tidak terduga dalam mengenal budaya antar bangsa satu sama lain.
Selain kemampuan bahasa Inggris, bahasa Arab juga patut kita perhatikan. Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Arab sebagai salah satu bagiannya menempati posisi yang strategis. Dengan menguasai bahasa Arab, kesempatan untuk dapat bersaing menjadi lebih mudah karena dapat memprediksi dengan lebih baik sehingga strategi yang akan dipakai jauh lebih matang. Namun, dalam tulisan kali ini saya lebih menekankan pada fungsi bahasa Arab sebagai pendamping globalisasi, khususnya bagi umat Muslim.
Bahasa Arab menempati bahasa ke-6 dari 22 bahasa di dunia karena perannya yang begitu luar biasa dalam bidang keagamaan dan keilmuan. Keilmuan sekarang tidak lepas pengaruhnya dari ilmuwan-ilmuwan Arab yang dari karyanya tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, kemudian dikembangkan menjadi ilmu yang mapan seperti saat ini. Dengan kata lain, bahasa Arab adalah dasar dan fondasi dari berbagai macam ilmu.
Dalam revolusi Industri 4.0 dimana sekat-sekat negara, budaya dan lain sebagainya dilampaui, sangat mungkin keyakinan dan prinsip hidup terpengaruh oleh globalisasi. Di sinilah peran penting bahasa Arab. Jika bahasa Inggris membantu dalam hal globalisasi, bahasa Arab dapat menjadi pendamping globalisasi yang membantu untuk tetap ingat dengan identitas seseorang, khususnya bagi umat Muslim. Dengan menguasai bahasa Arab, akan lebih mudah untuk mempelajari apa yang sebenarnya dikandung dan diperintahkan oleh Islam melalui teks-teks babon dan aslinya bahkan tanpa perlu perantara sekalipun sehingga dapat menghindari translasi yang dapat mengurangi maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh Islam. Jika sudah seperti itu, pengetahuan keagamaan seorang Muslim akan meningkat dan pondasi keimanannya akan semakin kokoh karena kesadarannyapun turut meningkat, alih-alih menipis karena pengaruh negatif dari globalisasi. Seperti kata Ibnu Taimiyah:
“Ketahuilah, perhatian terhadap bahasa Arab akan berpengaruh sekali terhadap daya intelektualitas, moral, agama (seseorang) dengan pengaruh yang sangat kuat lagi nyata. Demikian juga akan mempunyai efek positif untuk berusaha meneladani generasi awal umat ini dari kalangan sahabat dan meniru mereka, akan meningkatkan daya kecerdasan, agama dan etika.” (Imam dalam Pane, 2018)
Dengan menguasai dwifungsi bahasa Inggris dan bahasa Arab. Selain pintar akal, kita juga menjadi cerdas spiritual. Jargon cerdas dan berakhlakul karimah yang biasa terpampang di institusi keagamaan Islam juga menjadi kian bermakna karena telah dipraktekkan dan diamalkan dalam kehidupan. Apalagi, di zaman digital seperti sekarang ini, belajar jadi lebih mudah. Banyak aplikasi gratis yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berbahasa asing, baik Inggris maupun Arab seperti duolingo. Youtube juga dapat menjadi tempat melatih bahasa asing yang efektif. Jika mempunyai biaya lebih, dapat mencoba mengikuti kursus agar hasil yang didapatkan dapat lebih maksimal. Intinya, selama ada kemauan, disitu juga terdapat jalan dan peluang. Jadi sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak dapat berbahasa asing, selain kemalasan. Terakhir, meskipun bahasa asing memang penting di era revolusi industri 4.0, kita juga harus tetap menjaga berbagai macam bahasa daerah dan bahasa nasional yang telah kita miliki, seperti yang telah diamanatkan oleh Undag-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.

Daftar Pustaka
Baenanda, Listhari. 2019. Mengenal Lebih Jauh Revolusi Industri 4.0. https://binus.ac.id/knowledge/2019/05/mengenal-lebih-jauh-revolusi-industri-4-0/, diakses pada tanggal 8 Juni 2020.
Nurcholis, Ahmad. 2019. Tantangan Bahasa Arab Sebagai Alat Komunikasi di Era Revolusi Industri 4.0. Arabiyatuna Vol.3 No. 2, 283-298.
Pane, Akhiril. 2018. Urgensi Bahasa Arab; Bahasa Arab Sebagai Alat Komunikasi Agama Islam. Komunikologi: Jurnal Pengembangan Ilmu Komunikasi dan Sosial Vol. 2 No.1, 77-88.





Biodata Penulis

Nama                                       : Naufal Ridhwan Aly
Asal Institusi/Kampus             : Universitas Gadjah Mada
Fakultas/Jurusan                      : Filsafat/Ilmu Filsafat
Semester                                  : 4 (empat)


[1] Selengkapnya dapat dilihat di Kementerian Perindustrian. Making Indonesia 4.0, https://www.kemenperin.go.id/download/18384

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Big Competition & Seminar Internasional EASA 2022

Assalamu'alaikum wr. wb. Hello brotha and sista EASA, I can't believe that we have reached the end of another year. Brotha and sista...