Entering the last days of the holy month, namely the month of Romadhon, which in 30 days we are forged to hold all our passions, give our body and soul rights fairly, the next few days will be a moment where we are required to become new souls. Like a baby who has just arrived in the world, an unused white cloth is even tarnished.
Interpreting lebaran means the same as interpreting the journey of life. This is the best momentum for every human being to return to a pure human instinct. Lebaran, that's a word that is very familiar among Indonesian people. But there is something different this year's Eid. Because the government in our beloved country prohibits things which are very, very much awaited, even being the best moment to shed countless longings, especially for overseas communities, namely Mudik or going home.
because this is also done to reduce the new covid 19 cluster which is still not over and hopefully Allah SWT will immediately remove the Covid 19 virus from this earth. Aamiin
However, the prohibition of going home should not be interpreted as saying that we are not Eid. Precisely with the prohibition of Mudik, it becomes a lesson for us that the moment where we can gather with our family is so special, so meaningful and valuable, so for all of us who are already in the midst of our family we must be grateful because there are so many who want the moment we feel today.
And those of we who now want it or not, we must be filled with an eroding longing, we must still be enthusiastic and happy. Because the prohibition of going home does not mean we are prohibited from being happy. Because the times are modern, they are very sophisticated. We can make friendship with our smart phones, namely gadgets. That's where we know the meaning of the use of gadgets and the meaning of togetherness which is very, very valuable.
However, returning to human holiness should not be mistakenly interpreted as assuming past sins will be erased, so that they do not hesitate to commit new sins because they will be erased again in the next Eid. That's not what it means.
Eid al-Fitr is a momentum for positive change for us, including the momentum of self-reflection, tapping social sensitivity and strengthening togetherness. So, wherever and with anyone, we must still be able to realize these momentum. Because Mimin believes that no matter how far we are from the family, there might even be many people who care and need care around us.
From us, the entire EASA family says minal a'idzin wal fa idzin, apologize physically and spiritually. Stay healthy, sobat EASA wherever you are. See you next moment๐๐ผ๐๐ผ๐๐ผ
Memasuki hari-hari terakhir dibulan yang suci yakni bulan romadhon, yang didalam 30 hari lamanya kita ditempa menahan segala hawa nafsu, memberikan hak-hak jiwa dan raga secara adil, beberapa hari kedepan akan menjadi momen dimana kita dituntut menjadi jiwa yang baru. Layaknya bayi yang baru saja tiba didunia, kain putih yang belum terpakai bahkan ternodai.
Memaknai Idul Fitri berarti sama saja kita memaknai perjalanan hidup. Ini menjadi momentum terbaik bagi setiap manusia untuk kembali kepada naluri kemanusiaan yang murni.
Lebaran, itulah kata yang sangat familiar dikalangan masyarakat indonesia. Namun ada yang berbeda dilebaran tahun ini. Karena pemerintah dinegara tercinta kita ini melarang hal yang mana amat sangat dinantikan bahkan menjadi momen terbaik untuk menumpahkan segala kerinduan yang tak terhitung besarnya, terutama bagi masyarakat perantauan, yakni mudik.
karena hal ini juga dilakukan untuk mengurangi klaster baru covid 19 yang masih belum berakhir dan semoga Allah Swt segera mengangkat virus covid 19 ini dari bumi ini. Aamiin
Namun, dilarangnya mudik jangan dimaknai bahwa kita tidak jadi lebaran. Justru dengan dilarangnya mudik menjadi pelajaran untuk kita bahwa momen dimana kita dapat berkumpul bersama keluarga begitu spesial, begitu bermakna dan berharga maka untuk kita semua yang sudah berada ditengah-tengah keluarga kita wajib bersyukur karena diluar sana banyak sekali yang menginginkan momen yang kita rasakan saat ini.
Dan bagi yang sekarang mau tidak mau harus digandrungi rasa rindu yang mengikis tetap harus semangat dan bahagia. Karena dilarangnya mudik bukan berarti kita dilarang bahagia. Karena zaman sudah modern, sudah amat canggih. Kita bisa melakukan silaturahim dengan telepon pintar kita yakni gadget. Disitulah kita tau makna kegunaan gadget dan makna kebersamaan yang amat sangat berharga.
Namun, kembali sucinya manusia jangan ditafsirkan keliru yang menganggap perbuatan dosa yang lalu akan dihapus, sehingga tak segan melakukan dosa yang baru karena akan dihapus kembali pada idul fitri mendatang. Bukan begitu memaknainya.
Idul Fitri merupakan momentum perubahan positif bagi diri kita, antara lain momentum refleksi diri, mengetuk kepekaan sosial dan memperkokoh kebersamaan. So, dimanapun dan dengan siapapun, kita harus tetap bisa mewujudkan momentum-momentum tersebut. Karena mimin sendiri yakin sejauh apapun kita dari keluarga akan ada bahkan mungkin banyak orang yang peduli dan membutuhkan kepedulian disekeliling kita.
Dari kami segenap keluarga besar EASA mengucapkan minal a'idzin wal fa idzin mohon maaf lahir dan batin. Tetap jaga kesehatan yah sobat EASA dimanapun kalian berada. See you next moment๐๐ผ๐๐ผ๐๐ผ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar